Minggu, 04 April 2010

9 Bulan : Masa Indoktrinasi

Masa trimester pertama kehamilan bagi mayoritas perempuan adalah masa terberat. Masa ini merupakan penyesuaian bagi organ tubuh selain untuk menyesuaikan diri dengan adanya janin di rahim. Organ yang paling ‘shock’ terhadap kehadiran si janin adalah lambung. Maka kemudian wajar saja ketika mayoritas perempuan yang tengah hamil mengalami mual-mual atau bahkan sampai muntah dan tidak memiliki nafsu makan.
Meski tidak menderita rasa mual yang cukup parah, namun saya sempat ‘frustasi’ di trimester pertama kehamilan saya. Frustasi, karena jujur saja saya paling benci menderita rasa mual yang terkadang berujung pada muntah.
Karena saya memiliki magh yang cukup akut, maka rasa mual tersebut mengingatkan saya pada hari-hari panjang saya muntah-muntah sepanjang hari tanpa henti. Belum lagi dengan selang infuse yang akan hinggap di tangan saya selama berhari-hari. Sungguh saya trauma sekali di masa kehamilan ini akan berujung sama seperti ketika saya terkena magh, sehingga saya harus masuk rumah sakit.
Kefrustasian saya akhirnya berujung pada comment saya di wall facebook salah seorang teman saya. “Sopiiiiii….rasanya mau cepet-cepet aja ngelahirin…..” Begitu tulisan saya kurang lebihnya. Saya ingin sekali, selain cepat-cepat melihat bayi mungil saya, juga melewati masa kehamilan yang menurut saya ‘berat’ untuk masa-masa mual yang saya alami.
Esoknya tiba-tiba teman saya menelfon, “Pipiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttt…dudul banget sih…” waduh, tiba-tiba saya sudah disemprot olehnya di awal percakapan. “Kandungan itu adalah tempat paling aman buat bayi lo… Ga ada orang yang bisa mempengaruhi bayi lo, selain lo sendiri”. Ucapannya benar. Selama Sembilan bulan, kita memiliki waktu untuk ‘mengindoktrinasi’ perilaku, pola pikir, dan banyak hal pada janin kita. Dan hanya kita –ibunya- yang dapat melakukan itu. Tanpa sedikitpun akan mendapat intervensi dari orang lain.
“Cinta janin hanya untuk lo seorang. Dan lo hanya akan menjadi satu-satunya yang bisa janin rasakan sebagai orang yang mencintainya. Maka cintailah dia sepuasnya saat ini. Di Sembilan bulan yang sangat singkat ini.” Tanpa tedeng aling-aling dia terus menasehati saya, tanpa sanggup saya sela. “Nanti kalo dia udah brojol ke dunia. Elo sendiri yang repot, cintanya akan terbagi. Gak Cuma ke elo, tapi ke lingkungan sekitar, teman-temannya, sahabatnya, atau bahkan laki-laki/perempuan yang akan menjadi pasangannya. Saat itu entah lo akan menempati urutan keberapa”.
Cess…. Seperti sebuah pisau yang menancap dalam ke dada saya. Benar nasihatnya. Yang paling menyedihkan adalah kenyataan bahwa setelah nanti bayi saya hadir di dunia ini, maka mau tidak mau, cintanya akan terbagi. Dan kita tidak lagi dapat mengintervensi seberapa besar porsi cinta yang harus ia berikan pada kita. Semuanya menjadi otoritas pribadi miliknya.
“Makanya…nikmatin aja masa Sembilan bulan ini. Sebentar doang kok….” Begitu statement terakhir dari teman saya. Memang benar, masa Sembilan bulan hanya masa yang singkat, jika dibandingkan dengan usia rata-rata manusia. Maka sudah seharusnya di masa kehamilan ini saya benar-benar menikmatinya, meski terkadang harus diinterupsi dengan rasa mual. Nikmati saja.
Maka kepada seluruh ibu yang tengah mengandung, mari kita nikmati kehamilan kita. Jangan pula lupa, semaikan banyak cinta kepada janin, agar nantinya ketika ia lahir ke dunia, meski cintanya akan terbagi, namun kita mendapatkan porsi yang paling besar.
Jangan pula lupa mengajak janin kita berbicara dan tanamkan indoktrinasi-indoktrinasi agama dan kebenaran, yang nantinya akan ia jadikan pegangan ketika hidupnya. Ingat, masa golden age adalah 0-7 tahun. Di usia dini inilah justru kita harus tanamkan sebanyak mungkin indoktrinasi kebaikan. Sebab ketia ia lahir, lingkungan dari segala penjuru mata angin akan ‘menyerbunya’ dan ikut pula membentuk pola fikir dan tingkah lakunya. Jika ia memiliki lingkungan yang baik, dan kita memberika indoktrinasi yang baik pula, maka insyaa Alloh, anak kita akan menjadi anak yang baik. Dan meskipun lingkungan memberikan pengaruh buruk, namun kita telah memberikan indoktrinasi kebaikan sejak dini, anak kita –insyaa Alloh- tetap akan menjadi anak yang baik. Namun jika lingkungannya sudah memberikan pengaruh yang buruk ditambah ketiadaan indoktrinasi, maka anak seperti apa yang akan terbentuk dari dua keadaan buruk di atas? Wallahu a’lam.
Kalau difikir, memang benar ternyata, masa mengandung adalah masa paling aman bagi anak kita.
“audzu bikalimatillahittaammaati min syarri ma kholaq”
“Duhai Tuhan, aku berlindung dengan kalimat kebaikan-Mu dari segala kejahatan makhlukmu”

Fitria Nur Fadhilah
(Ditulis untuk Khalifah -majalah motivasi dan inspirasi)

Tidak ada komentar: